Dari segi materi lafalnya,
dzikir ada 3 macam
1)Seseorang melafalkan
ismu dzat Allah Allah
sebanyak-banyaknya
sebagaimana firman
Allah dalam surat Hamim
Sajadah ayat 30,
“Sesungguhnya orang-
orang yang berkata :
Tuhan kita adalah Allah,
kemudian mereka tekun
maka turunlah malaikat
pada mereka, dan
malaikat itu memberi
kabar : gembiralah
kalian dengan apa yang
telah dijanjikan pada
kalian.” Dan hadits Nabi
diriwayatkan Thabrani
dan Baihaqi. Rasulullah
bersabda kepada
sayyidina Ali : “Ya Ali,
pejamkan kedua
matamu, lekatkan
(rapatkan) kedua
bibirmu, naikkan lidahmu
dan berkatalah
(berzikirlah) Allah Allah.”
Allah berfirman :
Katakanlah, Allah-lah
(yang menurunkannya),
kemudian (sesudah kamu
menyampaikan al Qur’an
kepada mereka),
biarkanlah mereka
bermain-main dalam
kesesatannya. (QS. al
An’am : 91)
Rasulullah bersabda :
ﻰِﻓ َﻝﺎَﻘُﻳ َﻻ َّﻰﺘَﺣ ُﺔَﻋﺎَّﺴﻟﺍ ُﻡْﻮُﻘَﺗ َﻻ
ِﺽْﺭَﻻْﺍ:ﻪﻠﻟَﺍ.…ﻪﻠﻟَﺍ
Hari kiamat tidak akan
terjadi sampai di atas
bumi ini tidak ada lagi
orang yang menyebut
Allah,… Allah. (HR.
Muslim, Tirmidzi dan
Ahmad)
Seorang yang berzikir
lafal Allah Allah mesti
disertai dengan ‘wukuf
qalbi’ yakni waktu
mengucapkan ismu dzat
tersebut di hatinya,
seseorang
memperhatikan
mengalirnya lafal itu dari
hati.Wukuf qalbi adalah
hadirnya Mursyid pada
hati seseorang, sehingga
tidak ada yang diingat
kecuali lafal Allah Allah
itu pada wajah sang
Mursyid. Hal ini
andaikata bisa
diumpamakan maka
keadaannya Mursyid dan
Allah itu seperti air dan
teh yang menyatu dan
bercampur. Mana airnya
mana tehnya susah
dibedakan, keduanya
serupa. Tetapi air tidak
akan menjadi teh dan
teh pun tidak akan
menjadi air. Itulah
perbedaan Tuhan dan
hamba.
Hamba dan Tuhan
diumpamakan pula
sebagai kawat dan
listrik. Keduanya tidak
bisa dibedakan. Kawat
itu menyerupai listrik
dan listrik pun
menyerupai kawat. Akan
tetapi kawat tidak akan
menjadi listrik dan listrik
pun tidak akan menjadi
kawat.
Dzikir yang disertai
wukuf qalbi atau hadir
mursyid adalah dzikir
yang berada di maqam
fana, yang disebut
dengan fana pada
mursyid yakni murid
meleburkan diri pada
ruhani mursyid. Dzikir
fana pada mursyid
merupakan pendahuluan
fana kepada Allah. Dzikir
yang tidak disertai wukuf
qalbi atau dzikir yang
tidak disertai mengingat
maknanya adalah dzikir
yang lupa. Hal ini serupa
dengan jasad tanpa ruh.
Dzikir yang demikian itu
tidak mengandung
pahala dan khasiat
apapun.
Adapun makna lafal Allah
Allah ialah antara lain :
Allah adalah maksud
tujuanku, Allah adalah
yang aku cari, Allah
adalah yang aku cintai,
wahai Allah engkaulah
yang aku maksud, Allah
tidak ada sekutu bagi-
Nya, Allah adalah zat
yang ada, Allah adalah
zat yang disembah dan
engkau adalah Allah
tidak yang lain. Akan
tetapi pendapat yang
paling benar menurut
guru-guru thareqat
Naqsyabandi,
penyebutan Allah tidak
disertai dengan
rangkaian kata seperti
tersebut di atas.
Menyebut Allah cukup
melirik nama zat Tuhan
tanpa diembel-embeli
atau dirangkai, karena
tidak ada sesuatu
apapun yang serupa
dengan Allah. Kalau Allah
diserupakan dengan
makhluknya berarti
bertentangan dengan
pernyataan al Qur’an.
2)Dzikir nafi dan isbat
Dzikir nafi isbat yaitu
dzikir dengan
mengucapkan “Laa
Ilaaha Illallah” (Laa
Ilaaha = Nafi,
meniadakan Tuhan-
Tuhanan lain ; Illallah =
Isbat, menetapkan Allah
saja sebagai Tuhan). Jadi
makna kalimat tauhid itu
adalah tiada Tuhan
selain Allah. Jelasnya ada
lima makna dari kalimat
itu antara lain : Pertama,
tidak ada yang berhak
disembah kecuali Allah;
Kedua, tidak ada yang
dituju kecuali Allah;
Ketiga, tidak ada yang
dicari kecuali Allah;
Keempat, tidak ada yang
wujud di alam ini kecuali
Allah; Kelima, tidak ada
yang dicintai kecuali
Allah.
Menurut Rasulullah Saw
lafal dzikir yang paling
utama adalah dzikir Laa
Ilaha Illallah
sebagaimana sabda
beliau,
ْﻦِﻣ َﻥْﻮُّﻴِﺒَّﻨﻟﺍَﻭ َﺎﻧَﺍ ُﺖْﻠُﻗﺎَﻣ ُﻞَﻀْﻓَﺍ
ﻪﻠﻟﺍ َّﻻِﺍ َﻪَﻟِﺍ َﻻ ﻲِﻠِﺒَﻗَُﻻ ُﻩَﺪْﺣَﻭ
ُﻪَﻟ َﻚْﻳِﺮَﺷ
“Yang paling utama apa
yang saya ucapkan dan
yang diucapkan para
nabi sebelum aku adalah
Laa Ilaaha Illallah
Wahdahuu Laa
Syariikalah (Tiada Tuhan
selain Allah dengan
Maha Esanya dan tiada
sekutu bagi-Nya).”
Dalam hal ini juga
Rasulullah bersabda,
“Siapa yang
mengucapkan ‘Laa Ilaaha
illallah Wahdahuu Laa
Syariikalah Lahul Mulku
Walahul Hamdu Wahuwa
Alaa Kulli Syai’in
Qadiir’ (tiada Tuhan
selain Allah dengan Esa-
Nya tiada sekutu bagi-
Nya, bagi-Nya kerajaan
dan pujian dan Dia
berkuasa atas segala
sesuatu) dibaca setiap
hari sebanyak seratus
kali, maka kebaikannya
menandingi atau
sebanding dengan
memerdekakan sepuluh
budak, dan dicatat
untuknya kebaikan
seratus macam, dan
seratus macam
kejelekannya dihapus. Di
samping itu dia bebas
dari godaan syetan pagi
harinya sampai sore. Dan
seorang pun tidak bisa
mengungguli amalannya
kecuali orang yang
membaca kalimat itu
lebih banyak darinya.”
Pelaksanaan dzikir Laa
Ilaaha Illallah itu harus
memakai cara. Adapun
cara yang paling bagus
adalah cara yang telah
diajarkan oleh Rasulullah
kepada sayyidina Ali
dalam sebuah hadis
sebagai berikut:
Sayyidina Ali bertanya.
Bagaimana aku berzikir
Ya Rasulullah? Maka
Rasulullah menjawab.
Caranya, pejamkan
kedua matamu dan
dengarkanlah dari aku
sebanyak tiga kali, dan
ucapkanlah seperti apa
yang aku ucapkan, waktu
engkau mengucapkan
itu, aku mendengar,
maka Rasulullah
mengucapkan ‘Laa Ilaaha
Illallah’ sebanyak tiga
kali, dengan kedua mata
terpejam. Kemudian
sayyidina Ali
mengucapkan seperti
apa yang dilakukan oleh
Rasulullah.
3)Dzikir dengan lafal
nama kekasih Allah
Nama-nama kekasih
Allah Swt baik yang
berpangkat nabi, rasul
dan berpangkat
waliyullah dari kalangan
shidiqin, syuhada’ dan
shalihin dapat dibuat
untuk berdzikir dalam
rangka dzikir kepada
Allah Swt. Karena
mereka senantiasa dzikir
kepada Allah Swt dalam
keadaan apa saja. Dzikir
mereka telah dibalas
oleh Allah Swt. Bahkan
Allah telah berdzikir
kepada mereka. Dalam
kaitan ini Allah Swt
berfirman dalam surat al
Baqarah ayat 152
Maka ingatlah kalian
kepada-Ku, niscaya Aku
ingat kepadamu dan
bersyukurlah kepada-Ku
dan janganlah kalian
kufur akan nikmat-Ku.
Nama Nabi Muhammad
telah diangkat
derajatnya sejajar
dengan nama Allah Swt.
Di mana tiada orang
yang membaca kalimah
syahadat atau kalimah
tauhid (Asyhadu an Laa
Ilaaha Illallah) kecuali
nama Muhammad
disertakan di sampingnya
sehingga menjadi dua
kalimah syahadat (Wa
Asyhaduanna
Muhammadan
Rasulullah) dalam hal ini
di ungkapkan pula oleh
Allah dalam surat ai
Insyirah ayat 4, “Dan
Kami telah tinggikan
sebutan namamu.”
Dzikir berbalas ini juga
dilakukan oleh Allah Swt
terhadap khalifah Allah
dan orang-orang mukmin
sebagaimana tertera
dalam hadits qudsi :
Dalam beberapa kitab
yang memuat kompilasi
hadits shahih, Nabi Saw
bersabda :
ﻪﻠﻟﺍ َﻝﺎَﻗُﻰَﻟﺎَﻌَﺗ:ِّﻦَﻇ َﺪْﻨِﻋ َﺎﻧَﺍ
ْﻥِﺈَﻓ ﻰِﻧَﺮَﻛَﺫ ﺍَﺫِﺍ ُﻪَﻌَﻣ ﺎَﻧَﺍَﻭ ﻰِﺑ ﻯِﺪْﺒَﻋ
ﻰِﺴْﻔَﻧ ﻰِﻓ ُﻪُﺗْﺮَﻛَﺫ ِﻪِﺴْﻔَﻧ ﻰِﻓ ﻰِﻧَﺮَﻛَﺫ
ﻰِﻓ ُﻪُﺗْﺮَﻛَﺫ ٍﺀَﻼَﻣ ﻰِﻓ ﻰِﻧَﺮَﻛَﺫ ْﻥِﺍَﻭ
ْﻢُﻬْﻨِﻣ ٍﺮْﻴَﺧ ٍﺀَﻼَﻣ
Allah Swt berfirman, Aku
ini (bertindak) sesuai
dengan prasangka
hamba-Ku padaku. Aku
selalu bersamanya jika ia
mengingat-Ku. Apabila ia
mengingat-Ku di dalam
hatinya, maka Aku pun
menyebutnya sendiri.
Jika dia mengingat-Ku di
tengah-tengah orang
banyak, maka aku akan
menyebutnya di tengah-
tengah orang banyak
yang lebih mulia dari
pada orang banyak saat
ia mengingat-Ku. (HR. al
Bukhari dan ahli hadits
lainnya).
Orang-orang yang telah
mencapai pangkat
“didzikirkan Allah”
adalah orang-orang yang
dikasihi atau orang-
orang yang menjadi
kekasih Allah Swt seperti
firman Allah dalam
hadits qudsi berikut ini :
ْﻦِﻣ ِﺉﺎَّﺒِﺣَﺍَﻭ ِﺩﺎَﺒِﻋ ْﻦِﻣ ِﺉﺎَﻴِﻟْﻭَﺍ َّﻥِﺍ
ُﺮَﻛْﺫُﺃﻭ ِﺮْﻛِﺬِﺑ َﻥْﻭُﺮُﻛْﺬَﻳ َﻦْﻳِﺬَّﻟﺍ ِﻖْﻠَﺧ
ْﻢِﻫِﺮْﻛِﺬِﺑ
Sesungguhnya para Wali-
Ku dari golongan hamba-
Ku dan para Kekasih-Ku
dari golongan makhluk-
Ku adalah orang-orang
yang diingat apabila Aku
diingat. Dan Aku diingat
apabila mereka diingat.
(HR. at Tabrani, al Hakim
dan Abu Na’im)
Bapak Prof. DR. Kadirun
Yahya menafsirkan
tentang hadits di atas
sebagai berikut: “Sebut
nama Wali-Ku / Kekasih-
Ku, Aku telah hadir pada
sisinya. Sebut nama
Muhammad dalam
shalawat, Allah langsung
hadir pada sisinya dan
bersama Nabi
Muhammad datang
kepada kita untuk
memberi pertolongan.
Hal ini jelas Kata Allah
bahwa: Nama-Ku tak
bercerai dengan nama
Muhammad dan nama
Wali-Ku / Kekasih-Ku.”
Dari segi keras dan
lembutnya: Dzikir Jahr
dan Dzikir Khafi
Dzikir terbagi ke dalam
dua macam : Dzikir jahr
dan dzikir khafi. Masing-
masing keduanya
mempunyai pijakan dalil
dari al Qur’an dan sunah.
Berdzikir dengan lisan
bisa dilakukan dengan
melafalkan huruf
perhuruf secara lantang
(bersuara). Karenanya,
dzikir jenis ini tidak
mudah untuk
dipraktekkan setiap
saat. Sebab pada saat
melakukan jual beli di
pasar dan yang
sejenisnya sama sekali
akan mengganggu
seorang yang sedang
berdzikir. Dengan
demikian, otomatis
lisannya akan berhenti
berdzikir.
Berbeda halnya dengan
dzikir hati, yaitu dzikir
dengan
mengonsentrasikan diri
pada suatu makna (di
dalam hati) yang tidak
tersusun dari rangkaian
huruf dan suara.
Karenanya, seorang yang
sedang melakukan dzikir
jenis ini tidak akan
terganggu oleh apapun
juga
Berdzikirlah mengingat
Allah dengan hatimu
tanpa bersuara. Tanpa
diketahui oleh orang lain
dan tanpa ada lafal dan
ucapan yang
dikeluarkan.
Dzikir jenis ini adalah
cara berdzikir yang
paling utama.
Jenis dzikir ini banyak
diamalkan oleh para
tokoh.
Oleh karena itulah, para
pembesar thareqat
naqsyabandi lebih
memilih dzikir hati. Juga
karena hati merupakan
tempat pengawasan
Allah, tempat
bersemayam iman,
tempat bersumbernya
rahasia dan tempat
bertenggernya cahaya.
Hati yang baik akan
mengakibatkan jasad
seluruhnya menjadi baik.
Begitu juga hati yang
buruk akan berdampak
menjadikan jasad
menjadi buruk. Ini
seperti yang telah
dipaparkan oleh
Rasulullah Saw.
Karenanya, seorang
hamba tidak dikatakan
mukmin, jika hatinya
tidak terpaut pada apa
yang harus diimaninya.
Begitu juga ibadah yang
menjadi tujuan tidak
akan sah jika tidak
menyertainya dengan
niat (di dalam hatinya).
Para imam sepakat
bahwa semua pekerjaan
yang dilakukan oleh
anggota tubuh tidak
akan diterima kecuali
dengan peranan hati.
Hati sendiri dapat
berperan (mampu
berjalan sendiri) tanpa
dituntun oleh anggota
tubuh lainnya. Jika hati
sudah tidak berperan
lagi, maka keimanan
seseorang tidak akan
diterima. Ini disebabkan
karena iman merupakan
sikap pembenaran apa
yang diimani oleh
hatinya dengan tulus.
Dalil-dalil keutamaan
dzikir
Allah berfirman :
Mereka itulah orang-
orang yang Allah telah
menanamkan keimanan
dalam hati mereka.
(QS. al Mujadilah : 22)
Mereka itulah orang-
orang yang telah diuji
hati mereka oleh Allah
untuk bertakwa.
(QS. al Hujurat : 3)
Dan sebutlah (nama)
Tuhanmu dalam hatimu.
(QS. al A’raf : 205)
Dan mereka mengatakan
pada diri mereka sendiri,
mengapa Allah tidak
menyiksa kita
disebabkan apa yang kita
katakan itu?
(QS. al Mujadilah :
Berdo’alah kepada
Tuhanmu dengan
merendah diri dan suara
yang lembut.
(QS. al A’raf : 55)
Hadits al Baihaqi dari
Aisyah ra. :
ﺎَﻬْﻨَﻋ ﻪﻠﻟﺍ َﻰِﺿَﺭ َﺔَﺸِﺋﺎَﻋ ْﻦَﻋَﻭ
ْﺖَﻟﺎَﻗ:ﻪﻠﻟﺍ ﻰَّﻠَﺻ ِﻪﻠﻟﺍ ُﻝْﻮُﺳَﺭ َﻝﺎَﻗ
ُﺮْﻛِّﺬﻟﺍ ُﻞُﻀْﻔَﻳ َﻢَّﻠَﺳَﻭ ِﻪْﻴَﻠَﻋ)ﻯﺍ
ﻰﻔﺨﻟﺍ(ِﺮْﻛِّﺬﻟﺍ ﻰَﻠَﻋ)ﺮﻬﺠﻟﺍ ﻯﺍ(
ِﺔَﻣﺎَﻴِﻘْﻟﺍ ُﻡْﻮَﻳ َﻥﺎَﻛ ﺍَﺫِﺍ ﺎًﻔْﻌِﺿ َﻦْﻴِﻌْﺒَﺴِﺑ
ﻪﻠﻟﺍ َﻊَّﺟَﺭُِﻪِﺑﺎَﺴِﺣ ﻰَﻟِﺍ َﻖِﺋَﻼَﺨْﻟﺍ
ُﻩْﻮُﻈَﻔَﺣ ﺎَﻤِﺑ ُﺔَﻀَﻔَﺤْﻟﺍ ِﺖَﺋﺎَﺟَﻭ
ﺍْﻮُﺒَﺘَﻛَﻭ:ْﻞَﻫ ﺍْﻭُﺮُﻈْﻧُﺍ ﻰَﻟﺎَﻌَﺗ َﻝَﺎﻗ
ﺎَﻣ َﻥْﻮُﻟْﻮُﻘَﻴَﻓ ؟ٍﺊْﻴَﺷ ْﻦِﻣ ﻯِﺪْﺒَﻌِﻟ َﻲِﻘَﺑ
ُﻩﺎَﻨْﻈِﻔَﺣَﻭ ُﻩﺎَﻨْﻤِﻠَﻋ ﺎَّﻤِﻣ ﺎًﺌْﻴَﺷ ﺎَﻨْﻛَﺮَﺗ
ُﻝْﻮُﻘَﻴَﻓ ُﻩﺎَﻨْﺒَﺘَﻛَﻭ ُﻩﺎَﻨْﻴَﺼْﺣَﺍ ْﺪَﻗَﻭ َّﻻِﺍ
ﻰَﻟَﺎﻌَﺗ ﻪﻠﻟﺍ:ًﺎﻨَﺴَﺣ ﻯِﺪْﻨِﻋ َﻚَﻟ َّﻥِﺍ
ﻰِﻔَﺨْﻟﺍ ُﺮْﻛِّﺬﻟﺍ َﻮُﻫَﻭ ِﻪِﺑ َﻚْﻳِﺰْﺟَﺍ َّﺎﻧِﺍَﻭ
Dari Aisyah ra. beliau
berkata bahwa Nabi Saw
pernah bersabda, “Dzikir
(dengan tidak bersuara)
lebih unggul dari pada
dzikir (dengan suara)
selisih tujuh puluh kali
lipat. Jika tiba saatnya
hari kiamat, maka Allah
akan mengembalikan
semua perhitungan amal
semua makhluk-
makhluknya sesuai
amalnya. Para malaikat
pencatat amal datang
dengan membawa
tulisan-tulisan mereka.
Allah berkata pada
mereka Lihatlah apakah
ada amalan yang tersisa
pada hamba-Ku ini? Para
malaikat itu menjawab,
kami tidak meninggalkan
sedikit pun amalan yang
kami ketahui kecuali
kami mencatat dan
menulisnya. Allah lalu
berkata lagi (pada
hamba-Nya itu), kamu
mempunyai amal
kebaikan yang hanya Aku
yang mengetahuinya.
Aku akan membalas amal
kebaikanmu itu.
Kebaikanmu itu berupa
dzikir dengan sembunyi
(tak bersuara).” (HR. al
Baihaqi)
Abu Awanah dan Ibnu
Hibban meriwayatkan
dalam masing-masing
kitab kumpulan hadits
shahih mereka, juga al
Baihaqi di sebuah hadits
berikut :
ﺎَﻣ ِﻕْﺯِّﺮﻟﺍ ُﺮْﻴَﺧَﻭ ﻰِﻔَﺨْﻟﺍ ِﺮْﻛِّﺬﻟﺍ ُﺮْﻴَﺧ
َﻢَّﻠَﺳَﻭ ِﻪْﻴَﻠَﻋ ﻪﻠﻟﺍ ﻰَّﻠَﺻ َﻝﺎَﻗَﻭ ﻲِﻔْﻜَﻳ
ُﺪْﻳِﺰَﻳ ُﺔَﻈْﻔَﺤْﻟﺍ ُﻪُﻌَﻤْﺴَﺗ َﻻ ُﺮْﻛِّﺬﻟﺍ
ُﺔَﻈَﻔَﺤْﻟﺍ ُﻪُﻌَﻤْﺴَﺗ ِﺮْﻛِّﺬﻟﺍ ﻰَﻠَﻋ
ﺎًﻔْﻌِﺿ َﻦْﻴِﻌْﺒَﺴِﺑ
Sebaik-baik dzikir adalah
dzikir dengan samar
(khafi) dan sebaik-
baiknya rezeki adalah
rezeki yang mencukupi,
Nabi juga bersabda :
“Dzikir yang tidak
terdengar oleh malaikat
pencatat amal
(maksudnya dzikir khafi)
mengungguli atas dzikir
yang dapat didengar oleh
mereka (dzikir jahri)
sebanyak tujuh puluh kali
lipat.” (HR. al Baihaqi)
Menurut ulama : Yang
mentakhrij hadits
tersebut, hadits itu
dinilai sebagai hadits
hasan lighairihi. Hadits-
hadits lainnya yang
berbicara tentang
keutamaan dzikir khafi
masih banyak sekali.
Sebagian orang yang
telah mencapai tahapan
makrifat mengatakan,
“Berdzikir dengan hati
adalah pedangnya orang-
orang yang meniti jalan
ruhani. Dengan dzikir itu,
mereka bisa membunuh
habis musuh-musuh
mereka dan menjadi
tameng dari bahaya-
bahaya yang merongrong
mereka.” Orang-orang
yang telah makrifat ini
juga berkata, “Siapa saja
yang diinginkan baik oleh
Allah, maka akan
dibukakan penutup
hatinya dan ditanamkan
keyakinan di dalamnya.”
Syaikh Abu Said al
Kharraj berkata, “Jika
Allah ingin menjadikan
seorang hamba sebagai
kekasihnya, maka dia
akan membukakan pintu
pengingatnya. Jika
hamba tersebut sudah
merasa kelezatan dalam
mengingatnya, maka dia
akan membukakan pintu
keakrabannya lalu
diangkatlah hamba itu
ke tempat yang serba
nikmat dan senang
gembira. Setelah itu dia
akan mendudukkan
hamba tersebut di atas
kursi tauhid. Kemudian
disingkapkan tirai yang
menutupinya. Hamba itu
lalu dimasukkan ke suatu
ruangan tersendiri. Di
sanalah, ia akan bisa
melihat kebesaran dan
keagungan-Nya. Ketika
pandangannya tertuju
pada kebesaran dan
keagungan-Nya, maka
dia sudah tidak merasa
lagi sebagai makhluk.
Karena saat itu ia telah
menjadi masa yang fana.
Lalu dia pun selalu
berada dalam lindungan-
Nya dan merasa terbebas
dari berbagai
pengakuan-pengakuan
dirinya.”
Khalid bin Ma’dan
berkata, “Seorang
hamba pasti mempunyai
dua mata di mukanya
yang digunakan untuk
melihat fenomena dunia.
Selain itu, ia juga
memiliki dua mata lagi
yang terletak di dalam
hatinya yang digunakan
untuk melihat fenomena
akhirat. Ketika Allah
menginginkan hamba
tersebut menjadi orang
yang baik, maka dia akan
membukakan kedua
mata hamba itu yang ada
di dalam hatinya. Dengan
demikian, kedua mata
hatinya itu mampu
melihat rahasia-rahasia
keghaiban yang
dijanjikan Allah. Lalu
ketika Allah
menginginkan hambanya,
maka Allah tidak
memperdulikan apa yang
ada dalam hatinya.”
Ahmad bin Hadrawaih
juga berkata, “Hati
adalah wadah. Jika
wadah itu penuh dengan
kebajikan maka cahaya-
cahaya kebajikan (yang
ada di dalamnya) akan
keluar menyinari
anggota-anggota
tubuhnya. Jika wadah itu
penuh dengan
kebathilan, maka
kegelapan yang ada di
dalamnya akan
bertambah ketika
sampai pada anggota
tubuhnya.”
Dzunnun al Mishri
berkata, “Satu jam
dengan hati yang baik
lebih utama dari pada
ibadah seluruh manusia
dan jin. Jika malaikat
saja tidak masuk rumah
yang di dalamnya
terpadat gambar atau
patung, maka bagaimana
para pembawa kebajikan
itu mau masuk pada
seseorang yang di dalam
hatinya dipenuhi dengan
sesuatu selain Allah?”
Seorang agung yang
telah menggapai
tahapan makrifat, Abu al
Hasan al Syadzili
berkata”, Sebiji atom
amalan–amalan hati
sama nilainya dengan
amalan-amalan lahiriah
(anggota tubuh).
sangpengembaraallamtim
i.wordpress.com
Shar